Ruwat Bumi yang tahun ini diselenggarakan 29 Oktober 2014 kemarin dimulai pukul 13:00 setelah Dhuhur. Namun persiapannya sudah dilaksanakan jauh-jauh hari. Acara ini sendiri dilaksanakan oleh warga Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, warga Desa Rembul, Kecamatan Bojong, dan pengelola Pemandian Air Panas Guci.
Acara yang menjadi agenda wisata tahunan ini menurut Ki Enthus Susmono yang kebetulan memimpin ritual ini mengatakan bahwa “Ruwat artinya rawat. Ini bukan merupakan tradisi syirik, tapi bentuk tradisi untuk merawat bumi. Karena hubungan manusia bukan hanya dengan Tuhan dan sesama manusia, tapi juga dengan bumi, dengan alam” saat diwawancarai oleh wartawan Sindonews. Terlebih acara ini dimaksud sebagai rasa syukur warga atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan juga sebagai sarana untuk berdo’a bersama agar terhindar dari bencana.
Adapun susunan acaranya adalah:
- Masing-masing pasukan menyiapkan diri dilanjutkan dengan pengumpulan Gunungan dari masing-masing kelompok masyarakat
- Bupati Tegal Enthus Susmono selaku pembina upacara ruwat bumi secara simbolis memandikan kambing ( Wedhus Kendit) yang merupakan simbol upacara ruwatan yang dilaksanakan di Pancuran 13 Pemandian Air Panas Guci
- Pembina upacara ruwat bumi kembali ke lapangan upacara dilanjutkan laporan dari komandan upacara
- Pembacaan riwayat Guci oleh petugas ( yang uniknya secara spontan harus memakai Bahasa Tegalan diinstruksikan oleh pembina upacara)
- Sambutan oleh pembina upacara
- Acara inti berupa ‘rebutan gunungan’ yang berisi hasil bumi dari pertanian masyarakat Desa Guci
- Do’a yang dipimpin langsung oleh pembina upacara (yang juga mengunakan Bahasa Tegalan)
- Hiburan
Makna dari memandikan Kambing Kendit yang berwarna hitam putih merupakan simbol kehidupan yang terus berputar. Kambing Kendit ini dimandikan di Pancuran 13 dan kemudian diberi kembang setaman.
Duta Wisata Sinok Sitong Kabupaten Tegal yang baru dipilih kemarin juga ikut meramaikan acara ini. Sebut saja Suci, Wima, Abi, dan Anggit. Mereka beserta bupati mengenakan baju adat khas Tegalan yang dominan berwarna hitam.
Acara ini rutin dilakukan warga dengan bekerjasama dengan pengelola Wisata Air Panas Guci, jadi acara ini juga ikut dipromosikan sebagai agenda wisata budaya kebanggan warga sekitar pada khususnya, dan warga Kabupaten Tegal pada umumnya. Karena hampir setiap tahunnya, acara ini selalu dipadati wisatawan baik lokal, maupun dari luar daerah. Sedangkan waktu pelaksanaanya, disesuaikan dengan keadaan pada saat itu.
Ruwat Bumi juga sebagai sarana untuk mendongkrak minat wisatawan agar kembali berwisata di Guci. Terlebih pada waktu sekarang, karena kekhawatiran wisatawan karena status Gunung Slamet. Sehingga, melalui acara ini juga bisa sebagai ajang sosialisasi bahwa Pemandian Air Panas Guci masih aman untuk didatangi.
Laporan langsung dari Syed Akhdar Z. Terima kasih 🙂
Sumber: Sindonews. Baca juga Ruwat Bumi, Guci, Kabupaten Tegal.